hatiq

JANGAN BOSAN YAH BERKUNJUNG DI HALAMAN KAMI,, THANK U MOVE SNOW GUNS Revolver - Working In Background JATUH HATI SPD

TAMAKIMAE WELLCOME 2 MY BLOG
FALLINLOVE rightleft RIZAL SCIENTIST RIZALSCIENTIST RIZAL SCIENTIST10 RIZAL SCIENTIST RIZAL SCIENTIST RIZAL SCIENTIST NEWS

I'M RIZAL SCIENTIST 00 Mangkau RIZAL SCIENTIST rizalmangkau.blogspot.comthank u ya frenz,kunjungnya :) Camera Radio Muslim

Laporan Keuangan Radiomuslim Mei 2013

Tuesday, June 18th, 2013

Sahabat Muslim sekalian, berikut kami laporkan keuangan Radiomuslim pada bulan April 2013

Pemasukan

Tanggal Donatur – No. HP Bank Jumlah
2 Hamba Allah BNI Syariah Rp100,000
Hamba Allah Mandiri Rp100,000
Hamba Allah Mandiri Rp200,000
3 Hamba Allah Mandiri Rp100,000
4 Abdullah – Langsung Rp300,000
Hamba Allah BCA Rp100,000
Hamba Allah BCA Rp100,000
6 M. Taslim - Mandiri Rp250,000
Hamba Allah Mandiri Rp1,500,000
0853 5166 7xxx Mandiri Rp100,000
7 0812 7202 2xxx BCA Rp250,000
0812 8899 9xxx BCA Rp500,000
8 0819 9213 2xxx Mandiri Rp250,000
9 0813 9227 7xxx BCA Rp300,000
10 Didik – Langsung Rp500,000
Haromas Langsung Rp500,000
11 0857 2909 1207 Mandiri Rp200,000
Hamba Allah BNI Syariah Rp500,000
13 Hamba Allah BNI Syariah Rp15,119
Danang – 0857 2735 5xxx BCA Rp100,000
14 Hamba Allah BNI Syariah Rp500,000
Erika – 0821 3671 0xxx Mandiri Rp300,000
15 Azhar - Mandiri Rp500,000
Suhanda – 0815 7122 0xxx BCA Rp150,000
16 0815 8622 2xxx BCA Rp400,000
Hamba Allah Mandiri Rp50,000
17 Fahrul – 0813 1762 5xxx BCA Rp75,000
18 Hamba Allah Mandiri Rp50,000
20 Taufik – 0818 0657 7xxx BCA Rp100,000
Hamba Allah BCA Rp30,000
Hamba Allah BCA Rp100,000
22 Hamba Allah BCA Rp60,000
23 Hamba Allah BNI Syariah Rp200,000
24 Diah – 0856 2588 8xxx BNI Syariah Rp150,000
Hamba Allah BNI Syariah Rp10,000
27 Hamba Allah BNI Syariah Rp150,000
Lutfie – 0815 7003 4xxx BCA Rp5,000,000
Hamba Allah BCA Rp100,000
30 Hamba Allah BCA Rp250,000
0813 3332 8xxx Mandiri Rp100,000
0813 9289 9xxx BSM Rp225,000
31 Hamba Allah BCA Rp50,000
Hamba Allah BCA Rp100,000
Total Rp14,615,119

 

Pengeluaran

Mukafaah

Rp3,450,000

Rumah Tangga

Rp2,550,000

Perlengkapan Rekaman

Rp1,500,000

Total

Rp7,500,000


Demikianlah rincian donasi dan penggunaan donasi yang kami terima dan belanjakan. Semoga infaq yang telah anda berikan dibalas dengan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Posted in Dari Redaksi, Laporan Keuangan, Pengumuman, Radio Muslim

No Comments »

Ceramah Pendek Radiomuslim

Ceramah Pendek : Tujuan Seorang Hamba di Dunia – Ustadz Abu Sa’ad MA

Thursday, June 20th, 2013

Download dan dengarkan ceramah pendek dari Ustadz Abu Sa’ad, MA -hafizhahullah- dengan tema “Tujuan Seorang Hamba di Dunia”

Pemateri

Tema , ,

Ceramah Pendek : Bagaimana Agar Negara Ini Baik – Ust Zaid Susanto, Lc

Wednesday, June 19th, 2013

Download dan dengarkan ceramah pendek dari Ustadz Zaid Susanto, Lc -hafizhahullah- dengan tema “Bagaimana Agar Negara Ini Baik”

Pemateri

Tema ,

Ceramah Pendek : Barang Siapa Dunia Menjadi Tujuannya Maka Kemiskinan di Depan Matanya – Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Wednesday, June 19th, 2013

Download dan dengarkan ceramah pendek dari Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas -hafizhahullah- dengan tema “Barang Siapa Dunia Menjadi Tujuannya Maka Kemiskinan di Depan Matanya”

Pemateri

Tema , ,

Kajian Saat Ini

Info Dakwah, Seminar dan Talk Show

Kajian Live: Kitab Zaadul Ma’ad

Sahabat RadioMuslim yang dirahmati Allah عزوجل , Alhamdulillah, kini Radiomuslim terdapat acara baru yaitu Kajian Kitab Zaadul Ma’ad (Kitab Karya Ibnu Qoyyim Al Jauziyah) Pembicara: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Hafidzahullah Insya Allah, Kajian ini disiarkan Live dari Studio Radiomuslim setiap hari Kamis, Pukul 16.00 WIB Sahabat Radiomuslim dapat mendengarkan kajian tersebut melalui live streaming di [...]

  • Kajian Islami : Mengenal Wali Allah
  • Kajian Umum Kaidah Sabar

    Pola Acara Radio Muslim Yogyakarta

    Donasi FM Radio Muslim

    rekening radio muslim


    laporan donasi radio muslim
    tas radio muslim





    bedah buletin

    kaidah nahwu tanpa guru

    Sponsor

    Sabtu, 25 Februari 2012

    PROF

    B.J. Habibie
    Baharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. 
    Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih pada 20 Oktober 1999 oleh suara MPR dari hasil Pemilu 1999. 
    Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan dan belajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 1955-1965. 
    Ia belajar teknik penerbangan di RWTH Aachen, Jerman. Ia memperoleh gelar diploma pada tahun 1960 dan gelar doktor pada tahun 1965. Kemudian Habibie bekerja di Messerschmitt Bölkow Blohm di Hamburg, Jerman. 
    Sebelum menjabat Presiden, B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto dan Menteri Negara Riset dan Teknologi periode 1978-1998. Pada masa jabatannya sebagai menteri ia pun diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Pendidikan : 
    - ITB Bandung, tahun 1954 - Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar Diplom-Ingenieur, predikat Cum laude pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1955-1960) 
    - Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar doktor konstruksi pesawat terbang, predikat Summa Cum laude, pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1960-1965) 
    - Gelar profesor tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung (1977) 
    Karir : 
    - Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg, Jerman (1965-1969) 
    - Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut Militer MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen (1969-19973) 
    - Wakil Presiden dan Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1973-1978) 
    - Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi MBB (1978) 
    - Pemimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal bakal BPPT (1974-1978) 
    - Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang (1974-1978)
    - Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi/BPPT (1978-1998) 
    - Wakil Presiden RI (11 Maret 1998 - 21 Mei 1998) 
    - Presiden RI (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999) Organisasi : Pendiri dan Ketua Umum ICMI

    PROFESSIONAL TEACHING

    Pendahuluan
           Permasalahan belajar sebenarnya memiliki kandungan substansi yang “misterius’. Berbagai macam teori belajar telah ditawarkan para pakar pendidikan dengan belahar dapat ditempuh secara efektif dan efisien, dengan implikasi waktu cepat dan hasilnya banyak. Namun, sampai saat ini belum ada satupun teori yang dapat menawarkan strategi belajar secara tuntas. Masih banyak persoalan-persoalan belajar yang belum tersentuh oleh teori-teori tersebut.
          Kompleksitas persoalan yang terkait dengan belajar inilah yang menjadi penyebab sulitnya menuntaskan strategi belajar. Ada banyak faktor yang mesti dipertimbangkan dalam belajar, baik yang bersifat internal maupun yang eksternal. Diantara sekian banyak faktor eksternal terdapat guru yang sangat berpengaruh terhadap siswa. Sukses tidaknya para siswa dalam belajar di sekolah, sebagai penyebab tergantung pada guru. Ketika berada di rumah, para siswa berada dalam tanggung jawab orang tua, tetapi di sekolah tanggung jawab itu diambil oleh guru. Sementara itu, masyarakat menaruh harapan yang besar agar anak-anak mengalami perubahan-perubahan positif-konstruktif akibat mereka berinteraksi dengan guru.
          Harapan ini menjadi suatu yang niscaya terutama ketika dikaitkan dengan mutu pendidikan. Pembahasan mutu pendidikan betapapun akan terfokuskan pada input- proses-output. Input terkait dengan masyarakat sebagai “pemasok”sedangkan outuput terakait dengan masyarakat sebagai pengguna. Adapun proses terkait dengan guru sebagai pembimbing. Dataran proses inilah yang paling determinan dalam mewujudkan sitasi pembelajaran di sekolah baik yang membelenggu, atau sebaliknya membebaskan, membangkitkan dan menyadarkan.

    Proses Pembelajaran yang Membelenggu
         Ada ungkapan yang menarik dari Emille Durkheim. Dia melukiskan dua fungsi pendidikan yang saling bertentangan yaitu pendidikan sebagai pembelenggu dan pendidikan sebagai pembebas individu
    1. Letak daya tarik dari pernyataan ini terdapat pada fungsi pendidikan sebagai pembelenggu. Selama ini kebanyakan masyarakat hanya memahami fungsi pendidikan sebagai pembebas individu. Ternyata pendidikan bisa berfungsi sebaliknya,s ebagai pembelenggu. Hal ini memberi pemahaman berikutnya bahwa penddikan bisa juga “berbahaya”bagi kemandirian, kreativitas dan kebebasan siswa sebagai individu.
           Dalam kaitannya dengan fungsi negatif yakni pendidikan sebagai pembelenggu ini agaknya dapat dilacak dari model-model pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam kelas. Jika kita adakan evaluasi, di kalanga kita sendiri memam\ng terdapat gejala-gejala perilaku guru dalam pembelajaran di kelas yang tidak kondusif mengakibatkan daya kritis siswa, bahkan dalam batas-batas tertentu membaayakan masa depan siswa seperti sikap guru yang sinis terhadap jawaban yang salah.
          Dalam suatu kelas tidak jarang guru melempar suatu pertanyaan yang harus dijawab siswa. Ada seorang siswa yang berani menjawab pertanyaan dengan penuh keyakinan dan harapan mendapat simpati guru. Apa yang terjadi justru di luar dugaan dengan jawaban itu teman-temannya di sekitar tertawa sedang guru mengatakan, “tidak, itu salah. Saya heran melihatmu”
    2. Kasus ini menurut Bobbi Deporter and Mike Hernacki, adalah awal terbentuknya citra negatif diri. Sejak saat itu belajar menjadi tugas sangat berat. Keraguan tumbuh dalam dirinya, dan dia mulai menguragi resiko sedikit demi sedikit
    3. Sebab dia merasa malu dan dipermalukan dihadapan banyak anak. Kesan negatif ini terus membayangi dalam perkembangan lantaran komentar itu.
           Komentar negatif selama ini seringkali  diterima anak bukan saja di sekolah,melainka juga di rumah atau di lingkungan masyarakat. Pada 1982, seorang pakar masalah kepercayaan diri, Jack canfield melaporkan bahwa hasil penelitian dalam sehari setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif yang bersifat mendukung. Jadi,komentar negatif enam kali lebi banyak dari pada komentar positif4. Suasana seperti ini berbahaya bagi masa depan anak, mereka bisa merasa tegang dan terbebani ketika misalnay disuruh belajar. Dinding-dinding kelas dirasakan sebagai dinding-dinding tempat penjara.
          Model pembelajaran berikutnya  yang dapat membelenggu dan menindas siswa adalah sebagaimana yang Paulo Freire disebut sebagai pendidikan ”gaya bank”. Model ini menurut pengamatan Freire, menjadi sebuah kegiatan menabung: para murid sebagai celengannya sedangkan guru sebagai penbungnya..
    5. Ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan murid hanya terbatas pada menerima, mencatat dan menyimpan.
    6. Semakin banyak  murid yang meyimpan tabungan, semakin kurang mengembangkan kesadaran kritisnya.
    7. Sesungguhnya, belajar itu merupakan pekerjaan yang cukup berat, yang menuntut skap kritis sistemik (Sistemic Critical Attitude) dan kemampuan intelektual yang hanya dapat diperoleh dengan praktek langsung. Sikap kritis sama sekali tidak dapat dihasilkan melalui pendidikan yang bergaya bank(banking action) ini.
    8. Dalam pendidikan model ini, yang dibutuhkan buka pemahaman isi, tetapi sekedar hafal(memorization). Bukan memahami teks, tetapi hanya menghafal dan jika siswa siswa melakukannya berarti siswa telah memenuhi kewajibannya.
    9. Padahal hafalan hanya akan menumpuk pengetahuan dalam arti pasif, karena tanpa upaya pengembangan sama sekali sebagai yang menjadi karakternya selama ini.
         Selanjutnya pembelajaran model bank ini telah menempatkan guru dan siswa dalam posisi berhadap-hadapan. Guru sebagai subyek dan siswa sebagai obyek, guru yang “menakdirkan” sedangkan siswa yang “ditakdirkan”, guru sebagai peran dan siwa sebagai yang diperankan. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan guru sebagai penindas sedang siswa sebagai tertindas. Freire setidaknya telah mengungkapkan peran yang kontras itu sebagai berikut:
    - guru mengajar, murid diajar
    - guru mengethui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa
    - guru berfikir, murid dipikirkan
    - guru bercerita, murid patuh mendengarkan
    - guru menentukan peraturan, murid diatur
    - guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujuinya
    - guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melaui perbuatan gurunya.
    - guru memiliki bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.
    - guru mencampur adukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid
    - guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek belaka
    10. Pengajaran model demikian ini memposisiskan guru sebagai pihak yang ”menang”sedangkan siswa sebagai pihak yang “kalah”, suatu dikootomi yang mestinya tidak layak terjadi mengingat pengajaran bukan proses perbandingan sehingga ada yang menag dan ada yang kalah. Dengan istilah lain pengajar ini terkadang disebut pengajaran model komando. Seorang komandan dalam militer posisinya selalu diatas, memegang perintah yang harus ditaati.
    Pengajaran model gaya komando ini memerankan guru, yang oleh S. Nasution disebut guru yang bertipe dominatif sebagai lawan dari tipe integrative.
    11. Pengajaran tersebut mendapat kritik keras karena mematikan semangat demokratisasi dan kreativitas siswa, tidak menghargai siswa dan keagamaannya.
    12. Guru merasa memiliki wewenang apa saja yang berkaitan dengan pembelajaran dan tidak boleh diganggu gugat oleh siswa maupun pihak lain, praktis, pengajaran model tersebut hanya menjadikan guru pandai sepihak sedangkan siswa tetap bodoh, pasif, kering ide atau gagasan, stagnan, tertindas dan terbelenggu.
    Upaya pembelajaran yang ternyata berbalik membelenggu ini tidak lepas begiitu saja-karena akibat demikian tidak pernah disadari guru dominatif tersebut-selagi belum ada gugatan secara maksimal untuk mewujudkan pembelajaran yang benar-benar demokratis sebagai kebutuhan pendidikan secara mendesak.

    Pembelajaran Demokratis
             Sebagai upaya untuk keluar dari pembelajaran yang membelenggu tersebut menuju pada pembelajaran yang membebaskan dibutuhkan keterbukaan dan sikap lapang dada dari guru untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa guna mengekspresikan gagasan dan pikirannya Freirw mengatakan,” pendekatan yang membebaskan merupakan proses dimana pendidikan mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang senyata secara kritis.”
    13. Dalam pendidikan yang membebaskan ini tidak ada subjek yang membebaskan atau objek yan dibebaskan karena tidak ada dikotomi antara subjek dan objek.
    14. Guru dan siswa sama-sama subjek dan objek sekaligus. Keduanya dimungkinkan saling take and give (menerima dan memberi). Hanya saja jika guru sebagai pembelajar senior, maka siswa sebagai pembelajar junior,jadi tetap ada perbedaan pengalaman dan karena perbedaan inilah seihingga guru tetap lebih banyak memberi kepada siswa dari pada siswa memberi kepada guru. Tetapi pemberian guru kepada siswa itu sifatnya dorongan, rangsangan atau pancingan agar siswa berkreasi sendiri, bukan sebagai stimulus.
    15. Aliran ini sesungguhnya telah berpandangan progresif. Peran siswa telah dimaksimalkan jauh melebihi peran-peran tradisionalnya dalam himpitan pengajaran model gaya komando. Upaya memaksimalkan peran siswa ini sebagai bentuk riil dari misi pembebasan siswa dari keterbelengguan akibat penindasan guru. Melalui pembebasan ini, diharapkan siswa memiliki kemandirian yang tinggi dalam memberdyakan potersi yang dimiliki untuk berpendapat, bersikap dan berkreasi sendiri.
          Oleh karena itu, mesti ada dialog. “ciri aksi budaya yang meperjuangkan kebebasan adalah dialog, sedangkan yang mengarah pada dominasi justru anti dialog dan mendomistifikasikan rakyat.”
    16. tangung jawab guru yang menempatkan diri teman dialog bagi siswa lebih besar dari pada guru yang hanya memindahkan informasi yang harus diingat siswa.
    17. Sebab guru sedang memupuk sikap keberanian, sikap kritis ,dan sikap toleran terhadap pandangan yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, melalui tradisi saling tukar pandangan dalam menyiapkan suatu masalah.
          Tradisi dialogis ini sebagai salah satu bentuk suasana yang mendukung pembelajaran demokratis, yaitu suasana yang melibatkan para siswa dalam proses pembelajaran secara maksimal dengan memperhatikan sepenuhnya terhadap inisiatif, pemikiran, gagasan, ide, kreativitas, dan karya siswa. Mereka diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi subjek dalam proses pembelajaran.
          Mengingat pentingnya dialog ini, maka pemerintah mengamanatkan melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang ditetapkan sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Amanat itu terdapat pada pasal 40 ayat 2. Isi dari pasal tersebut adalah:
           Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban:
    menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
    Mempunyai komitemen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan
    Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan keprcayaan yang diberikan kepadanya.
    18. Seiring dengan demokrasi politik. Ada tuntutan demokrasi pendidikan dalam prakteknya berimplikasi pada demokrasi pembelajaran dengan indikasi menciptakan suasana dialogis. Dengan demikian, peranan guru dalam penyampaian pengetahuan menjadi sangat berkurang yang digantikan oleh peranan siswa yang semakin menguat. Tuntutan dialog belakangan ini sebagai suatu yang tak terelakkan lagi dalam kehidupan pendidikan demokratis, sekaligus membuktikkan adanya pergeseran posisi siswa dari posisi objek ke posisi subjek dalam berbagai kesempatan.
    Demikian pula, pergantian istilah anak didik, terdidik maupun objek didik menjadi peserta didik bahkan pembelajar bukan hanya persoalan semantic, melainkan perubahan paradigma pembelajaran yang banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran pendidikan yang berorientasi pada kondisi demokratis dan emansipatoris, dengan memerankan siswa agar lebih produktif,progresif dan pro-aktif dibandingkan peran masa lampaunya. Bagaimana istilah peserta didik apalagi pembelajar akan selalu mengesankan kondisi aktif pada istilah anak didik, terdidik maupun objek didik.
    Oleh karena itu, belakangan ini pengertian perencananaan untuk memberi peluang pada siswa-siswanya mengembangkan aktivitas belajar, serta mengeksplorasi berbagai pengalaman baru untuk mencapai berbagai kompetensi yang diidealkannya, dan telah menjadi kesepakatan-kesepakatan kelas bersama dengan gurunya.
    19. Guru tidak banyak mencampuri mengatur dan menegur pekerjaan anak, akan tetapi membiarkan bekerja menurut kemampuan dan cara masing-masing sikap in cocok dengan kuirkulum ‘student centered”.
    20. Selanjutnya perkembangan paling menarik terjadi sejak 
    25. tahun terakhir bahwa guru-guru di berbagai sekolah di Amerika melakukan transaksi kurikulum dengan para siswanya. Guru menawarkan berbagai kompetendi pada siswanya, sedang siswa memilih serta menentukan sendiri apa yang mereka pelajari dengan gurunya itu. Implikasi adalah terjadi kajian dari sesama siswa untuk menentukan berbagai bahan materi pelajaran yang akanmereka pelajari dalam masa tertentu. Inilah yang disebut sebagai curriculum as transaction and curriculum as inquiry.
    21. Kasus ini benar-benar menggambarkan pembelajaran demokratis lantaran melibatkan siswa dalam menentukan sendiri kompetensi maupun bahan pelajaran sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka sendiri tanpa paksaan maupun intervensi guru.keterlibatan siswaseperti ini makin mendesak untuk direalisasikan, sehingga dibutuhkan guru yang benar-benar professional.

    Profesionalisme Guru
           Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-tuntutan pembelajaran demokratis karena tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa; tidak sekedar kemampua guru mengauasi pelajaran semata tetapi juga kemampua lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang professional
          Oleh karena itu, Sudarwan Danim menegasakan bahwa tuntutan kehadiran guru yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan dan pemanusiaan,ia hadir sebagai subjek paling diandalkan, yang sering kali disebu sebagai Oemar bakri.
    22. Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus..
    23. Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan professionalisme yaitu okupasi, profesi dan amatif. Terkadang membedakan antar para professional, amatir dan delitan.
    24. Maka para professional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoelh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaan itu.
        Kemudian bagaimanakah hubungan profesional dengan kompetensi? M. Arifin menegaskan bahwa kompetensi itu bercirikan tiga kemampua profesional yang kepribadian guru, penguasa ilmu dan bahan pelajaran, dan ketrampilan mengajar yang disebut the teaching triad.
    26. Ini berarti antara profesi dan kompetensi memilki hubungan yang erat: profesi tanpa kompetensi akan kehilangan makna, dankopetensi tanpa profesi akan kehilanga guna.
    27. Untuk memahami profesi, kita harus mengenali melaui Ciri-cirnya. Adapun ciri-ciri dari suatu profesi adalah:
    - memiliki suatu keahlian khusus
    - merupakan suatu penggilan hidup
    - memiliki teori-teori yang baku secara universal
    - mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri
    - dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang aplikatif
    - memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya
    - mempunyai kode etik
    - mempunyai klien yang jelas
    - mempunyai organisasi profesin yang kuat
    - mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang yang alin.
    28. Ciri-ciri tersebut masih general, karena belum dikaitkan dengan bidang keahlian tertentu. Bagi profesi guru berarti ciri-ciri itu lebih spesifik lagi dalam kaitannya dengan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
    Mengenai kompetensi, di Indonesia telah ditetapkan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu: 
    (1) memiliki kepribadian ideal sebagai guru; 
    (2) penguasaan landasan pendidikan; 
     (3)menguasai bahan pengajaran; 
    (4)kemampuan menyusun program pengajaran; 
    (6) kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar; 
    (7)kemampuan menyelenggarakan program bimbingan; 
    (8) kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah; 
    (9) kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan 
    (10) kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
    29. Dengan begitu, tugas guru menjadi lebih luas lagi dari pada proses mentransmisikan pengetahuan, membangun afeksi, dan mengembangkan fungis psikomotorik,karena di dalamnya terkandung finsi-funsi produksi.
    30. Guru yang mogok mengajar apapun alasannya merupakan counter productive proses pendidikan dan pembelajaran yang bermisi kemanusiaan universal itu.
    31. dari sisi etika keguruan juga tidak layak terjadi sebab figu guru menjadi panutan di kalangan masyarakat setidaknya bagi para siswanya sendiri. Disini predikat guru sebagai pendidikitu berkonotasi dengan tindakan-tindakan yang senantiasa memberi contoh yang baik dalam semua perilakunya.
    Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Sitem Pendiidkan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2:
    Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi.
    32. Ketentuan ini mencakup tipe macam kegiatan yang harus dilaksanakan oeh guru yaitu pengajaran, penelitan, dan pengabdian masyarakat. Beban ini tidak ada bedanya denganbebabn bagi dosen. Tiga macam kegiatan tersebut secara hierarchy melambangkan tiga upaya berjenjang dan meluas gerakannya. Pengajaran melambangkan pelaksanaan tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan profesi, sedang pengabdian melambangkan pemberian kontribusi sosial kepada masyarakat akibat prestasi yang dicapai tersebut.
          Dari ketiga kegiatan tersebut, terutama penelitian menuntut sikap gurui dinamis sebagai seorang professional. ‘seorang profesional adalah seorang yang terus meneur berkembang atau trainable.
    33. Untuk mewujudkan keadaan dinamis ini pendidikan guru harus mampu membeklai kemampuan kreativitas, rasionalitas, ketrlatihan memecahkan masalah , dan kematangan emosionalnya.
    34. Semua bekal ini dimaksudkan mewujudkan guru yang berkualitas sebagai tenaga profesional yang sukses dalam menjalankan tugasnya.
        Keberhasilan guru dapat ditinjau dari dua segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, guru berhasil bila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, juga dari gairah dan semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru berhasil bila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik.
    35. Sebaliknya,dari sisi siswa, belajar akan berhasil bila memenuhi dua persyaratan: 
    (1) belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa, dan 
    (2)ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman-pengalaman baru baik pengetahuan maupun ketrampilan.
    36. Hal ini merupakan gerakan dua arah, yaitu gerakan profesional dari guru dan gerakan emosional dari siswa. Apabila yang bergerak hanya satu pihak tentu tidak akan berhasil, yang dalam istilah sehari-hari disebut bertepuk sebelah tangan. Sehebat-hebatnya potensi guru selagi tidak direspons positif oleh siswa, pasti tidak berarti apa-apa. Jadi gerakan dua arah dalam mensukseskan pembelajaran antara guru dan siswa itu sebagai gerakan sinergis.
          Bagi guru yang profesioanl, dia harus memiliki kriteria-kriteria tertentu yang positif. Gilbert H. Hunt menyatakan bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria:
    - sifat positif dalam membimbing siswa
    - pengetahuan yang mamadai dalam mata pelajaran yang dibina
    - mampu menyampaikan materi pelajaran secara lengkap
    - mampu menguasai metodologi pembelajaran
    - mampu memberikan harapan riil terhadap siswa
    - mampu merekasi kebutuhan siswa
    - mampu menguasi manajemen kelas
    37. Disamping itu ada satu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi guru yang profesional yaitu kondisi nyaman lingkungan belajar yang baik secara fisik maupun psikis. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 bagian 2 di muka menyebut dengan istilah menyenangkan. Demikia juga E. Mulyasa menegaskan, bahwa tugas guru yang paling utama adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga timbul minat dan nafsunya untuk belajar
    38. Adapun Bobbi Deporter dan Mike Hernachi menyarankan agar memasukkan musik dan estetika dalam pengalama belajar siswa
    39. karena musik berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa
    40 ayng diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
    41 dalam situasi otak kiri sedang bekerja, masuk akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses
    42. Terkait dengan suasana yang nyaman ini, perlu dipikirkan oleh guru yang profesional yaitu menciptakan situasi pembelajaran yang bisa menumbuhkan kesan hiburan. Mungkin semua siswa menyukai hiburan, tetapi mayoritas mereka jenuh dengan belajar. Bagi mereka belajar adalah membosankan, menjenuhkan, dan di dalam kelas seperti di dalam penjara. Dari evaluasi  yang didasarkan pada pengamatan ini, maka sangat dibutuhkan adanya proses pembelajaran yang bernuansa menghibur. Nuansa pembelajaran ini menjadi “pekerjaan rumah”bagi para guru khususnya guru yang profesional.

    Kesimpulan
                Selama ini model pembelajaran dalam pendidikan masih seperti ungkapan paul Freire, pendidikan”gaya bank” yang bersifat penindasan pada siswa. Keadaan ini harus diubah menjadi pendidikan (Pembelajaran) yang demokratis yang membawa misi pembebasan bagi mereka. Untuk mewujudkan model pendidikan yang emansipatoris itu dibutuhkan guru yang profesional.
                Profesional guru tercermin dalam berbagai keahlian yang dibutuhkan pembelajaran baik terkaut dengan bidang keilmuan yang diajarkan,”kepribadian”, metodologi, pembelajaran, maupun psikologi belajar.  


    DAFTAR RUJUKAN

    Pernyataan Ahli Sosiologi ini dikutip Sodiq. A Kuntoro, Dimensi Manusia dalam Pemikiran Indonesia, Yogyakarta: CV Bur Cahaya, 1985)H. 34
    Bobbi Deporter dan Mieke Hernachi, Quantum Learning Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan,(Bandung:Kaifa, 2002) H.24
    Paulo Freire, Politik Pendidikan dan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Yogyakarta: Kerjasama Pustaka Pelajar dengan ead, 2002) H.28
    Freire, Pendidikan, Hh 51-52
    S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), H.116
    Mska Masstlon,Tracking from Command to Discovery, (California; Wadsworth Publishing Company, 1972), H.43
    Donald P. Kauchos\ck And Paul D. Eggen , Learning And Teaching Research Basid Methods,(Baston: Allya And Baron, 1998), P.6
    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Ttp: Pustaka Widyatama, Tt), P.6
    Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan DemokratisSebuah Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidika, (Jakarta: Prenada Media, 2004), H. 92
    Nasution, Sosiologi, H. 116
    Jerry Aldridge And Renetta Soldman, Current Issues And Trends In Education, (Boston, USA: Allya And Baron, 2002), H. 77
    Sudarwan  Danim,Agenda Pemabruan Sistem Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), H. 191-192
    M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan(Islam dan Umum),(Jakarta: Bumi Aksara, 1991). H. 105
    H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru PendidikanNasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), H. 137
    Ibid
    Djohar, Pendidikan Strategik Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan ,(Yogyakarta:LESFI, 2003), H.
    E. Mulwoso, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsp, Karakteristik dan Implementas, (Bandug: PT Remaja Rosdakarya,2002) H.187
    S.K Kockar, Methods And Technique of Teaching, Delhi India: Sterling Publisher, 1967), P. 28
    Gilbert H. Hunt, Et Al. efectie Teaching, Preparation And Implementation, Illnois: Charless C. Thomas Publiesher, 1999), P. 15-16
    Mulyoso, Kurikulum,H. 188


    Ciri-Ciri Guru Konstruktivis

      RIZAL MANGKAU

    Ciri-Ciri Guru Konstruktivis
    Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu:
    1. Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
    2. Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus materi pembelajaran.
    3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
    4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan mengubah strategi belajar mengajar.
    5. Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum memulai pembelajaran.
    6. Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
    7. Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
    8. Guru melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang belum benar.
    9. Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
    10. Guru memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan
    11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
    12. Guru di akhir pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui acuan yang benar.
    Sumber :
    Iim Waliman, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
    @ http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/01/ciri-ciri-guru-konstruktivis/


    copyright @ by Oe!xhaeLz$

    GURU KREATIF

    Tips menjadi guru yang disukai siswa

    Siapa yang tidak mau menjadi guru yang disukai siswa. Semua guru sepertinya mengharapkan ini. Tapi tahukah anda bahwa semakin minta disukai siswa semakin jauh kita dari kriteria guru yang layak disukai siswa? jika disukai siswa menjadi tujuan kita sebagai guru tidak ada yang namanya profesionalisme lagi, yang ada hanyalah menuruti apa yang siswa mau dan inginkan, bahkan bila yang diinginkan sudah keluar jalur kegiatan belajar dan mengajar.
    Menjadi guru yang disukai bukan perkara mudah tapi juga tidak sulit, saya pribadi pun masih dalam upaya untuk bisa disukai siswa. Namun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Berikut ini adalah caranya.

    1. Tidak terlalu banyak melaksanakan metode ceramah
    2. Memberikan contoh kepada siswa apa yang ia ingin siswa lakukan. Jika anda sebagai guru berharap siswa anda hormat pada anda, silahkan terlebih dahulu menjaga harga diri siswa anda di kelas.
    3. Jika marah atau kecewa pada siswa, berbicara lah pada mereka dan bukan berteriak.
    4. berbagi senyum tulus pada semua siswa. Siswa yang dicap sebagai anak yang ‘bermasalah’ akan luntur dan akan menyukai anda jika anda berikan senyum pada mereka.
    5. Memotivasi siswa dengan cara memotivasi dan bukan menyindir.
    6. Menggunakan humor pada tempat dan saat yang tepat.
    7. Mudah diajak berteman oleh siswa dan bukan menjadi teman siswa. Mudah diajak berteman artinya anda pihak yang pasif dalam berkomunikasi namun tetap dengan cara yang profesional. Berusaha menjadi teman siswa hanya akan menyulitkan situasi anda dikemudian hari.
    8. Penyabar dan menganggap semua siswa sedang berproses. Hindari meneruskan warisan guru lain dengan melanjutkan cap yang sudah diterima oleh siswa tertentu.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar